November 20, 2013

MASA BODOH DENGAN MENULIS

Yudi Randa/kompasiana/OPINI | 19 November 2013 | 10:56

Aku, sebenarnya senang menulis. Ya, menulis apa saja yang aku suka. Pernah sekali waktu, aku mencoba menulis sebuah novel. Tapi mimpi ini kandas ditengah jalan. Bahkan bab satu pun belum sempat aku selesaikan. Waktu itu, aku sangat percaya bahwa tulisan yang bagus harus di edit atau dikomentari oleh orang yang memang mahir dalam dunia tulis menulis. Apa yang terjadi? Tidak layak aku menjadi seorang penulis. Gaya tulisanku, caraku menyusun kata, EYD dari tulisanku. Semuanya berantakan. Tak ada satupun hal yang bisa aku penuhi dari sebuah kriteria penulis hebat.

Salah, itu kurang baik, itu kurang bagus, inilah, itulah. Intinya tidak bagus. Aku down! Hilang semangat. Mimpiku untuk mengait profesi sebagai penulispun musnah sudah. Bersama dengan hilangnya semua data tulisanku di blog yang kini ditelan tsunami.

Kini, aku tak ingin lagi menulis dengan gaya apapun. Yang aku tahu, itulah yang aku tulis. Yang aku suka, itulah yang akan aku tulis. Aku ingin menulis untuk diriku sendiri. Untuk anak, untuk istri, dan untuk orang-orang yang merindukan tulisanku dulu.

Tulislah sesukamu! Begitu kata bang Doel CP, Tulislah seenak kepalamu! Begitu kata bang Ippho. Lalu, akupun mencoba melakukannya. Aku ingin kembali dalam dunia tarik tangan ini. Dunia yang dulu pernah aku rasakan begitu nyaman. Lengkap dengan bumbu sayur, serta asam manisnya sebuah kritikan.

Mungkin, suatu hari nanti, oh tidak! Suatu saat nanti, aku ingin, anak-anakku bangga akan tulisan tangan ayahnya. Bahwa ayahnya bisa menulis tentangnya. Ayahnya bisa meninggalkan sebuah kisah untuk dia dalam mengarungi pahitnya sebuah perjuangan hidup. Tak ada yang bisa memungkiri, betapa kerasnya hati seorang menulis dalam memulai sebuah tulisan. Baik itu untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain. Baik itu untuk komersil ataupun hanya sekedar sebagai pencatatan pribadinya.

Kang Arul Khan pernah berkata, jadikan “penulis” itu sebagai sebuah profesi. Bukan kerjaan sampingan. Karena kalau kerjaan sampingan maka hasilnya pun hanya sebuah sampingan. Orang yang mencoba meniru tulisan orang lain, hanya akan membuat dirinya kehilangan jati dirinya dalam menulis. Orang yang mengikuti begitu banyak pelatihan penulisan, hanya membuat dirinya semakin bingung bagaimana cara menulis itu sendiri. Karena ia tidak pernah mau memulai. Duduklah manis didepan laptop atau PC anda. Senyumi lah layar tersebut. Dan jika anda seorang muslim, maka lafaskanlah bismillah , lalu, mulailah menulis.

Berputar-putar sampai pusing, seperti tulisan kang Pidi Baiq pun masih enak dibaca. Atau tulisan yang lompat-lompat sesuka hati juga masih asyik dibaca seperti tulisan bang IPPHO. Ingatlah satu hal, anda, adalah anda sendiri. Bukan mereka yang terkenal dengan masterpiece mereka. Mereka juga tak mengenal anda. Kecuali kalau memang mereka pernah menjumpai anda.

Menulis sesuka hati, menulis se enak hatimu, asal masih dalam koridor kesopanan dan koridor kepancasilaan yang adil dan beradab, aku rasa semuanya akan baik-baik saja. So, akhirul kalam, mari sama-sama kita menulis ataupun mengetik sebuah huruf demi memulai hari ini lebih baik untuk masa depan anak cucu kita sendiri.


Tidak ada komentar:

Powered By Blogger