November 24, 2013

PUISI DOEL CP ALLISAH : DARI KOPI HINGGA DONGENG

PUISI / NOV. 23, 2013 / BY REDAKSI /INFOSASTRA.COM

Doel CP Allisah adalah seorang penyair terkemuka dari Aceh. Mantan wartawan berbagai media cetak dan TV Indonesia dan Malaysia kelahiran Banda Aceh, 3 Mei 1961, kerap melakukan perjalanan sastra ke berbagai daerah. Belum lama ini, pada 20 – 25 oktober 2013, ia menjadi bahagian dari lebih 200 penyair dari 30 negara yang ikut dalam World Congress Of Poets ke 33 di Bardaraya Ipoh, Perak, Malaysia.

Antologi puisi tunggalnya “Nyanyian Angin” [1992] dan “The Sadness Song” [2007]. Itu selain yang terkumpul dalam berbagai antologi puisi bersama para penyair Indonesia lainya. Sekarang sambil memimpin Aliansi Sastrawan Aceh [ASA], ia banyak menjadi editor buku. Pada 2006-2010, ia menyunting 21 judul buku karya para penulis/sastrawan Aceh dan Brunei Darussalam.

Puisi-puisi yang ditampilkan di sini dikutip dari beberapa sumber, beberapa di antaranya puisi terbaru yang ditulis saat mengikuti perjalanan sastra ke Perak, Malaysia, itu.

LFD

aku mengirimkan engkau bunga-bunga
aku mengirimkan engkau lagu-lagu duka ke masa muda
dan menempelkan taklimat: Jangan komentar apa-apa

engkau bingkiskan aku doa-doa
engkau hantarkan aku senyum bahagia
tamsil nasihat dan puja-puja
engkau dan aku menuju matahari
senja: sia-sia

Oktober 2013, Damansara – Kuala Lumpur

WARKOP POJOK BARAT TERMINAL LAMA SIGLI

– buat sastrawan AR. Nasution [Alm]

Seharian aku menantimu, dan segelas kopi terpesan mengepulkan asap harum aroma khas
Membawa ingatan tentang cerita cerita anak didik yang melesat dari busurnya
Tumpukan aneka koran yang menanti, lembar-lembar yang akan kau bolak-balik sepanjang sore
Dan sesekali kau apresiasi karya rekan nurgani, fikar dan nama-nama lain sebayaku
atau kau dengan serius dan berkelakar membahas gaya kampungan cerita bang hasyem ks
dan aku selalu serius ketika kau beri beberapa catatan koreksi tentang sajakku
yang ada di halaman budaya hari itu.

Segelas kopi yang telah dingin,
seperti juga kau selalu memesan dalam gelas besar bercampur susu
dan beberapa potong es yang terus mencair

[Tapi hari ini aku tidak senyaman sore-sore dulu]

Segelas kopi yang kureguk habis seketika, serta warkop pojok barat terminal tua itu
Akan kusimpan dalam hati [sebagai ritual ngopi kita]
Menjadi taman taman yang terbuka

Oktober 2012

DI KOTA LAUT TAWAR

[pantai Mepar]

Pong, semerbak harum aroma Gayo kopi
mengalirkan hangat dalam nadi uratku
meredakan gigil dingin malam itu,
dan dilingkar kemah kuning biru bujangdara arimolomi
mengalunkan tembang epos puteri pukes
dan aku mabuk bayang bunga renggali, suatu masa

[Takengon]

dalam bergelas-gelas gayo kopi yang kureguk
mengaduk-aduk rinduku dalam terawang jauh danau itu
satu-satu berbaris dalam nafasku
Saiful Hadi-Unay-Prapto,Fikar,
ibu yang memasak ikan depik di ruko,
rumah kak Dumasari didataran bukit kecil,
desir angin Asi Asir dan hulu sungai Peusangan,
atau saat terlelap di Time Ruang

setiap gelas kopi Gayo yang kuteguk,
bukan hanya ritual sehar-hari
ada kalian bergandengan diantaranya
ada nikmat hangat dan sejuk angin danau yang menerpa tiba-tiba
ada kita larut didalamnya
dan berlari jauh kesetiap sudut dunia

1987 – 2012

SEHARUM RENGGALI

Geriap angin danau mengirimkan tempias hujan di Asir Asir
Bagai bayangmu yang beriringan dalam pandang
Lalu semalaman itu, bergelas-gelas kopi mengalir dalam tenggorokanku
Menghangatkan lukadiri
Sendiri

1986.

TAUTAN JAUH

bagai kilau permata [dalam sekilas itu]
misteri meninggalkan debar sepanjang hari
pada kerling dan senyummu

September 2013, Harbor Front Cruise Centre – Singapore

REMEMBRANCE

jika kita tersesat di lorong itu
siapakah yang akan menuntun ke ujung cahaya
atau kita akan terus bergandengan tangan
hingga pagi membuyarkan mimpi ?

jika kita tersesat ke dalam mimpi
biarkan hati memilih sendiri

September 2013, Tanjungpinang – Kepri

DARI SATU SUDUT ULEE KARENG

kehangatan yang kau alirkan setiap hari
adalah kenikmatan dan rasa tentram yang semu
pelancar alir darah dalam perbincangan segala
seperti riuh angin merambah rimbun pohon-pohon asam jawa
dalam romansa dan citrarasa ini, aku menyimakmu sejak purba
hingga masa gaya dalam angka-angka
hingga larut malam beraroma mesum hura-hura.

ah, seperti sepanjang hari yang terus mengalir
aku tahu pasti apa yang tersajikan dalam gerai tawa dan sua
dan kita mengikat waktu di tiap senja
memenuhi setiap meja-meja
solong
ceknun
cekwan
petuah tu
terapung
atau disetiap warung-warung kopi uleekareng
seperti fatamorgana yang menganga

kehangatan yang kau alirkan setiap hari
adalah gambar kampungku yang berlari
dalam setiap racikan aroma kopi

Oktober, 2012

Ulee Kareng, salah satu kawasan minum kopi paling terkenal di Aceh/Indonesia

DONGENG BULAN MEI – FEBRUARI /2/

Setelah aku pergi, kau masih punya catatan-catatan
Yang meriwayatkan gebalau kalbuku
Kau akan terisak dijerat tembang rumah cinta
Kekosongan dan kesendirian, akan menjerat dalam sesak nafas
Dan kau takkan mampu membaginya lagi

Setelah aku pergi, sajakku mengalir dalam airmatamu!

111113

NYANYIAN MIRIS

dalam riuh gerimis, engkau pulang kesenyapan abadi dan rentangan kabut airmata seribu dewa melelehkan genangan darah pada langit terbuka aku nyanyikan puji-pujian laut lengkung daratan jauh pada batas tatapan yang menenggelamkan isak tangismu semalam

pada kekosongan yang menyesakkan seribu hari sia-sia kita persiapkan menggenggam harapan dan kenisbian waktu kepedihan telah merejam mimpimu menghanguskan hati lembut dan cinta tiba-tiba aku menggigil, menaiki rahasia cahya matamu semua menyeretku pada kenangan dan kematian semua menyeretku dalam kelu abadi

melepasmu ke lorong panjang sejarah hatiku letih, riuh gerimis dan airmata mengingatkan aku pada jalanan basah menggigil antara batas ada dan tiada dan bayanganmu yang samar hilang dalam kelindapan daun-daun semuanya menyeretku pada kenangan dan kematian semuanya menyeretku ke dalam kelu abadi!

* * *
- See more at: http://infosastra.com/2013/11/puisi-doel-cp-allisah-dari-kopi-hingga-dongeng/#sthash.gEicVFfW.4DBFATgk.dpuf



Tidak ada komentar:

Powered By Blogger