November 08, 2011

RENGGALI.BUNGA TANPA NAMA

Jalan Jalan
Syukri Muhammad Syukri

Orang biasa yang ingin memberi sesuatu yang bermanfaat kepada yang lain.... follow twitter @SyukriTakengon

KOMPASIANA/REP | 07 November 2011 | 14:1335 0


Setiap masyarakat di tanah air memiliki sejenis flora sebagai maskotnya, seperti Seattle AS yang identik dengan bunga Dahlia, Bengkulu yang identik dengan bunga Raflesia, Bali dengan bunga Serojanya, dan Aceh dengan bunga Jeumpa. Flora yang menjadi maskot itu umumnya berbentuk bunga yang menjadi sumber inspirasi bagi para seniman untuk melahirkan berbagai karya seni. Bunga khas itu sering menjadi lambang atau tamsil untuk membandingkan keayuan wanita di kawasan itu.

Demikian pula halnya dengan Dataran Tinggi Gayo di Aceh Tengah yang menjadikan bunga Renggali sebagai maskot daerahnya. Bunga Renggali berwarna pink dengan ukurannya yang kecil, panjangnya hanya sekitar 5 cm dan garis tengah bunga saat kembang sekitar 2 cm. Pohon yang menghasilkan bunga pink ini seperti pohon teh, tepatnya seperti tumbuhan semak. Sampai saat ini penulis belum tahu nama bunga ini dalam bahasa Indonesia atau bahasa latinnya. Berharap ada teman-teman kompasianer yang dapat menambah informasinya.

Kemisteriusan bunga ini menyebabkan hanya beberapa orang yang tahu jika tumbuhan yang berkembang biak di pagar rumah mereka adalah bunga Renggali. Generasi muda di Tanoh Gayo Aceh Tengah sama sekali “gelap” tentang bentuk dan warna bunga ini, mereka hanya bisa menghafal syair yang menceritakan kisahnya atau mengenal sebuah hotel berbintang dua di Takengon yang bernama Renggali.

Tahun 1970-an, seorang penyair Gayo memperkenalkan sebuah lagu yang cuplikannya antara lain berbunyi: | cak simanuk kucak i atan renggali | …terbangmi-terbang u manuk…| Kemudian seorang penyair Aceh, Doel C.P Allisah merangkai Renggali dalam sebuah puisi berjudul “Renggali oh renggali,”

semua telah terasakan dalam alun yang lirih
tersenyum lalu saling cemburu
dan akhirnya hari-hari sangkutkan
benci
rindu
resah dan gelisah jadi menyatu
renggali oh renggali
dengan ragu-ragu kita diam terpaku

kitapun berspekulasi bertualang dalam jajaran waktu
bersama memang
ke-utara
ke-selatan
mengurai hakekat hidup
bersembunyi di balik keakuan membatu
renggali oh renggali
entah bagaimana suara hati

ketika kita bertengkar lagi di trotoar jalanan mungkin
kukatakan rindu untukmu, untuk kau miliki
mata menatap heran dan canggung yang terhenti
kita sama bingung membuat nelangsa kian gemuruh
renggali oh renggali
berlari mengejar matahari dengan galah di tangan
tanpa suara tentu
renggali oh renggali
berangkat dari satu rasa, satu penderitaan
merenda kasih di pelataran mesjid

mei, 1982

Moga bunga inspiratif ini memperoleh asal usulnya sehingga sangat layak ditabalkan sebagai maskot daerah. Tentu sangat berharap bantuan kompasianer, atau para pembaca semua. Sampai nantinya pencarian identitas ini makin menjadi sumber inspirasi bagi para seniman dan penyair di seluruh nusantara.

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger