Januari 28, 2007

BANJIR TERUS MELUAS : LIMA RUMAH HANYUT, BELASAN RIBU TERENDAM

Serambi Indonesia/27/01/2007 10:07 WIB

* Di Banda Aceh, Air tak Lagi Mengalir

[ rubrik: Serambi | topik: Bencana Alam ]

BANDA ACEH - Sedikitnya, lima rumah penduduk di wilayah bakal Kabupaten Pidie Jaya, dilaporkan hanyut setelah banjir besar menghantam wilayah tersebut, Kamis malam hingga Jumat dinihari (25-26/1). Selain di wilayah timur, banjir yang berasal dari luapan sungai juga merambah sejumlah kecamatan di wilayah barat Pidie meliputi Kota Sigli, Indra Jaya, Pidie, Mila dan Grong-grong.

Sementara di Banda Aceh, banjir genangan yang disebabkan tingginya curah hujan dalam dua hari terakhir, menyebabkan aktivitas belajar mengajar di sejumlah kawasan lumpuh total. Meski saluran pembuangan telah selesai dibangun di hampir seluruh wilayah di Banda Aceh, namun air tetap terlihat tidak mengalir, sehingga belasan ribu rumah penduduk di sejumlah kawasan terendam, dengan ketinggian air mencapai 1 meter.

Dari kawasan timur Pidie dilaporkan, kelima rumah yang hanyut dibawa banjir adalah milik warga Desa Muka Blang. Keuchik desa setempat, Syarbaini menyebutkan, ke lima rumah yang hanyut itu masing-masing milik Marzuki, Rukidah H, Taufiq A, Faisal Ab dan Aiyub.

Selain insiden di Desa Muka Blang, banjir yang terjadi akibat meluapnya sejumlah sungai di kawasan timur Pidie, menyebabkan hampir semua pemukiman penduduk di delapan kecamatan dalam bakal Kabupaten Pidie Jaya itu, terendam banjir. Di beberapa kawasan, ketinggian air mencapai dua meter. Meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, dan air sudah mulai surut, namun warga di sana masih terlihat cemas akan terjadinya banjir susulan. Apalagi, sampai sore kemarin, langit di kawasan itu masih terlihat mendung.

Kepala Mukim Ulee Gle Tunong, Ramli Ibrahim menuturkan, luapan air yang berlangsung sekitar pukul 21.00 WIB, membuat panik ribuan warga di sana. Di Ulim, air juga sempat menggenangi jalan raya Banda Aceh-Medan.

Ratusan rumah di sembilan desa dalam Kemukiman Beuracan terendam, dan puluhan meter tebing sungai amblas. Banjir juga menimpa hampir semua desa di Meurah Dua. Bahkan di kawasan ini, tinggi air mencapai dua meter lebih. Beberapa ruas jalan kabupaten di kawasan itu terendam dan tak bisa dilintasi. Kondisi serupa juga terlihat di Kecamatan Trienggadeng, Pante Raja, dan Bandar Baru.

Bahkan di Pante Raja, banjir telah menyebabkan sepanjang hampir 50 meter badan jalan negara amblas. Sebuah mobil bak terbuka jenis Chevrolet dengan nomor polisi BL 8324 ZA, sarat muatan barang dilaporkan terseret air dan kemudian terdampar di areal tambak warga.

Afwari (45) sopir mobil naas itu mengatakan, insiden itu terjadi saat dirinya dalam perjalan dari Matang Geulumpang Dua, dengan tujuan Banda Aceh, untuk menjual buah kelapa dan nangka. Ketika tiba di kawasan Panteraja, kata Afrawi, dia melihat air di atas ruas jalan sangat deras, dengan ketinggian hingga 80 cm. “Saya pikir mobil tidak akan diseret banjir, karena sarat muatan buah kelapa dan nangka. Tapi saking deras, mobil kami langsung terbawa arus banjir dan terdampar di tambak,” kata dia.

Berlanjut

Dari wilayah barat Pidie, banjir kiriman yang melanda kawasan tersebut sejak tiga hari ini terus berlanjut, dan bahkan semakin meluas. Sejak pukul 03.00 WIB Jumat (26/01) luapan air mulai merambah ke Kecamatan Kota Sigli, Indra Jaya, Bandar Baru, Pidie, Mila, dan Grong-grong.

Di Kecamatan Kota Sigli, ketinggian air mencapai 0,40 hingga 0,50 meter. Beberapa Kelurahan tergenang banjir antara lain Blang Asan, Lampoh Krueng, Keramat Luar. Sebagian besar penduduk terpaksa mengungsi ke desa tetangga. Hingga kemarin dilaporkan tak ada korban jiwa, kecuali kerugian materi yang diderita masyarakat setempat. Meski begitu sepanjang hari kemarin belum ada bantuan mengalir kepada korban banjir.

Kecemasan masih terus menyelimuti warga, karena mendung tipis masih menyelimuti langit di kawasan tersebut. Bustami (28), warga Desa Masjid Andeu, Kecamatan Mila, mengaku sangat cemas dengan nasib kampungnya, terutama jika hujan belum berhenti. “Sudah dua hari banjir kiriman, memporak-porandakan desa kami. Sekarang saja kami sudah morat-marit dengan kondisi banjir. Sebab tahun ini banjirnya sangat besar dengan sebelumnya, serta sudah menghantam dua rumah milik warga desa kami,” katanya.

Sementara itu, hingga sore kemarin sekitar pukul 18.00 WIB luapan banjir berangsur-angsur mulai surut. Pengungsi yang tadinya menempati masjid dan di rumah-rumah warga desa lainnya yang tidak terkena banjir. Sementara sejumlah areal persawahan seperti di Bambi, Kecamatan Peukan Baro, masih digenangi air mencapai 40 centimeter. Belum diketahui jumlah kerugian akibat banjir di Pidie, karena belum ada data yang dikumpulkan oleh pihak berkompeten.

Tak mengalir

Air dalam jumlah besar juga mengepung sejumlah pemukiman penduduk di Banda Aceh. Bedanya, banjir di ibukota Provinsi Aceh ini, bukan disebabkan oleh meluapnya sungai, tapi karena air hujan lebat yang mengguyur Kota Banda Aceh dalam dua hari terakhir, tak lagi mengalir.

“Lihat saja, hampir semua saluran air di sini tidak berfungsi dengan baik. Kami jadi heran, padahal semua saluran ini belum berusia satu tahun, tapi airnya tetap tidak mengalir,” kata Amri, seorang warga Kampung Keuramat, kepada Wakil Ketua DPRD Kota Banda Aceh, Mukminan, yang kemarin turun ke sejumlah kawasan untuk memantau kondisi pemukiman yang dilanda banjir genangan.

“Setelah saya mengamati di beberapa lokasi, kesannya saluran pembuangan air di Banda Aceh hanya berfungsi sebagai ember penampung air. Jika saluran ini penuh, maka secara otomatis rumah-rumah penduduk akan tergenang,” katanya. Selain di Kampung Keuramat, Mukminan juga meninjau kawasan Lampineung, yang ketinggian airnya mencapai satu meter.

Pantauan Serambi, air menggenangi kawasan Jalan T Panglima Nyak Makam, Lampineung, dan kawasan Kampung Pineung. Beberapa sekolah di lokasi itu, seperti SMKN 1 dan 2 Banda Aceh, SMAN 4 Banda Aceh, SMAN 8 Banda Aceh, SMPN 6 Banda Aceh, SDN 24, SDN 67 tidak melangsungkan kegiatan belajar mengajar karena digenangi air dengan ketinggian berkisar antara 30-50 centimeter. Selain sekolah dan kantor banyak rumah penduduk yang tergenang.

Siswa-siswa sekolah yang awalnya datang ke sekolah akhirnya pulang ke rumahnya setelah melihat kondisi sekolah mereka yang tergenang air. Kepala Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh, Drs Ramli Rasyid MSi yang dimintai keterangannya mengakui beberapa sekolah di kawasan tersebut tidak melangsungkan proses belajar mengajar.

“Saya sempat meninjau beberapa sekolah yang tergenang setelah hujan lebat tadi malam. Kondisi yang paling parah yaitu di kawasan Lampineung termasuk kantor dinas sendiri. Sedangkan sekolah-sekolah di kawasan lain semuanya belajar seperti biasa,” kata Ramli.

Dia juga mengatakan, pihaknya tidak bisa memastikan sampai kapan sekolah-sekolah yang tergenang air itu tidak melangsungkan proses belajar mengajar. Menurutnya, jika curah hujan di Banda Aceh semakin tinggi, kemungkinan beberapa sekolah lainnya juga akan digenangi air dan terpaksa diliburkan.

“Sampai saat ini hanya beberapa sekolah saja yang tidak bisa melakukan kegiatan belajar, tapi kalau hujan turun deras bisa jadi ada sekolah-sekolah lain nantinya yang akan terendam,” ujarnya.

Selain sekolah, air hujan juga menggenangi beberapa ruas jalan seperti Jalan T Nyak Arif (mulai dari depan Kantor Dinas Pendapatan Provinsi NAD - Asrama Haji sampai Jeulingke).

Warga Lampineung yang siangnya merasa cemas dengan kondisi banjir genangan, tadi malam sedikit lega. Karena banjir genangan di pemukiman penduduk sedikit mulai turun dan mereka berharap malamnya hujan tidak turun lagi.

Genangan air juga terlihat di Komplek Perumnas BTN Puklat Desa Meunasah Papeun Kecamatan Krueng Barona Jaya Aceh Besar. Belasan rumah warga yang berada di sekeliling bakal komplek DPRD NAD itu, kini terancam tergenang.

Dua warga di sana, Doel CP Alisah dan Bachtiar mengatakan, genangan air di kawasan tersebut adalah yang pertama terjadi. “Saya sudah turun temurun tinggal di sini belum pernah tergenang, apalagi terendam air. Namun, sejak proyek penimbunan perumahan anggota dewan dibangun di sini, sebagian besar wilayah kami terendam. dan ini terjadi karena proyek itu dibangun tanpa mengindahkan tataruang dan sanitasi,” keluh Doel CP Alisah.

Ketua F-PAN DPRD NAD, Almanar SH, yang dimintai komentarnya tentang keluhan warga itu, mengimbau kepada eksekutif agar proyek pembangunan permukiman DPRD NAD yang sedang dalam proses pembangunan, seyogyanya dijadikan proyek percontohan dalam membangun lingkungan permukiman yang sehat. Karenanya, kata Almanar, eksekutif berkewajiban menata dan membangun sanitasi dan lingkungan yang sehat, termasuk membuat jalan dan saluran pembuang. Amatan Serambi sampai sore kemarin, air hujan kiriman dari pinggiran kota yang melintasi saluran menuju ke Lampineung masih terlihat kencang. Bila hujan kembali menguyur Kota Banda Aceh dan sekitarnya pada malam hari, dipastikan air hujan akan kembali menggenangi rumah-rumah penduduk dan gedung sekolah di kawasan itu yang tergolong rendah. Namun, sampai berita ini diturunkan sekitar pukul 22.30 WIB, cuaca di atas kota Banda Aceh cerah.

(ag/nr/aya/saf/hel/awi/nal)





Tidak ada komentar:

Powered By Blogger