Serambi Indonesia /Sun, May 31st 2009, 09:15
NONLIS DALAM SAJAKKU.V
Begitulah cinta yang tulus, ia bisa memberikan kita harapan dan kebangkitan semangat untuk meraih lebih. Meraih impian dengan kerelaan hati dan aku tak melihat hal seindah ini, selain beriringan menggenggam tanganmu
Kembang-kembang yang mengalirkan wangi
Udara pagi yang memanjang di daratan kalbu
Kau selamanya milikku, seperti kau selalu mengingatku dalam setiap debar hati
Begitulah yang kau catat, begitulah yang kau kirimkan padaku sepagi ini.
Dan kita reguk keajaiban itu.
NONLIS DALAM SAJAKKU.V
Begitulah cinta yang tulus, ia bisa memberikan kita harapan dan kebangkitan semangat untuk meraih lebih. Meraih impian dengan kerelaan hati dan aku tak melihat hal seindah ini, selain beriringan menggenggam tanganmu
Kembang-kembang yang mengalirkan wangi
Udara pagi yang memanjang di daratan kalbu
Kau selamanya milikku, seperti kau selalu mengingatku dalam setiap debar hati
Begitulah yang kau catat, begitulah yang kau kirimkan padaku sepagi ini.
Dan kita reguk keajaiban itu.
Februari 14, 2009.
NONLIS DALAM SAJAKKU.VI
Kalau daun-daun sepanjang jalan itu masih mengirimkan gerisiknya di dahan-dahan, engkaukah itu ? menyusup harum dari rambutmu
Berkilauan di cahaya pijar lampu-lampu yang tak lelah menerangi gelap hati
Semakin riuh itu debaran, himpitan keinginan mendekap
Atau seperti wangi dari sawit kampung jawa lama yang mengejarku sepanjang harap
Berjuta terawang dari wajah-wajah yang berlalu.
Kalau jarum-jarum masih menusuk ini rasa, engkaukah itu
Mengembara dalam dingin dan bau magis banten lama
Sementara berapa beranikah aku menyapa
Bahkan berkata-kata ?
wahai itu harum begitu lekat dan dekat
bahkan ia menatap dari seberang mataku
dari dalam diriku sendiri
ketika daun-daun sepanjang jalan itu masih mengirimkan gerisiknya di dahan-dahan
aku kembali menutup hati
menutup hari dalam helaan nafasMu
NONLIS DALAM SAJAKKU.VI
Kalau daun-daun sepanjang jalan itu masih mengirimkan gerisiknya di dahan-dahan, engkaukah itu ? menyusup harum dari rambutmu
Berkilauan di cahaya pijar lampu-lampu yang tak lelah menerangi gelap hati
Semakin riuh itu debaran, himpitan keinginan mendekap
Atau seperti wangi dari sawit kampung jawa lama yang mengejarku sepanjang harap
Berjuta terawang dari wajah-wajah yang berlalu.
Kalau jarum-jarum masih menusuk ini rasa, engkaukah itu
Mengembara dalam dingin dan bau magis banten lama
Sementara berapa beranikah aku menyapa
Bahkan berkata-kata ?
wahai itu harum begitu lekat dan dekat
bahkan ia menatap dari seberang mataku
dari dalam diriku sendiri
ketika daun-daun sepanjang jalan itu masih mengirimkan gerisiknya di dahan-dahan
aku kembali menutup hati
menutup hari dalam helaan nafasMu
mei 3, 2009
* Doel CP, penyair tinggal di Banda Aceh
* Doel CP, penyair tinggal di Banda Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar