Nama
|
Jenis kelamin
| |
Zeffry J Alkatiri
|
L
| |
Nelden Djakababa
|
P
| |
Clara NG
|
P
| |
Yonathan Rahardjo
|
L
| |
Inggit Putria Marga
|
P
|
Lampung
|
Romi Zarman
|
L
| |
Esha Tegar Putra
|
L
|
Sumbar
|
Nurhady Sirimorok
|
L
|
Makasar
|
M Aan Mansyur
|
L
|
Makasar
|
Tjahjono Widijanto
|
L
|
Jawa Timur
|
Ernest J.K Wen
|
P
|
Jawa Timur
|
Dian Hartati
|
P
|
Jawa Barat
|
Anton Kurnia
|
L
| |
Doel CP Allisah
|
L
|
Aceh
|
Ahmad Muchlish Amrin
|
L
|
Jogja
|
PERTANGGUNGJAWABAN DEWAN KURATOR UWRF 2009
Dewan kurator menilai 28 pengarang dengan karya dari berbagai genre (puisi, novel, cerpen, esai dan genre cerita anak) dan sesuai ketentuan – memilih 15 penulis muda untuk diundang tampil di UWRF 2009. Masing-masing anggota dewan kurator mengajukan pilihan berdasarkan kualitas karya, keunikan dan kebaharuan tematis maupun artistik yang ditampilkan. Selain itu, penilaian dewan kurator juga didasarkan atas beberapa prinsip yang sudah disepakati sebelumnya, yakni prinsip kenusantaraan (penulis mewakili keragaman daerah serta kantung-kantung sastra di
Secara umum Dewan Kurator menilai bahwa 15 penulis yang terpilih menunjukkan logika cerita yang runtun, mengungkapkan sisi kemanusiaan secara sublim. Karya Para sastrawan yang terpilih merupakan bagian dari generasi “mutakhir” yang cukup menonjol, dan bervariasi dalam pengolahan estetik. Karya 15 sastrawan ini menunjukkan kekayaan eksplorasi, baik dari segi tema, pendekatan artistik dan acuan budaya. Karya kelimabelas sastrawan ini tidak sekedar berkisah, tetapi juga bergulat secara asrtistik dengan kekuasaan dalam berbagai bentuk, represi, penderitaan, kematian dan kekejaman, dengan ketubuhan dan persoalan gender. Beberapa penjelajahan yang menarik terlihat dari penulisan kembali sejarah dalam rupa puisi, pengolahan isu transgenik dan wilayah kemanusiaan yang abu-abu, serta penggalian sejarah diaspora dan budaya peranakan. Yang juga sangat diapresiasi oleh dewan kurator adalah upaya menggali dan mengolah kembali hikayat, genre tradisional, folklor dan mitos-mitos baru dalam konteks urban yang global. Mereka bicara tentang pengalaman lintas-budaya dan negosiasi lintas budaya dalam masyarakat Indonesia yang semakin kompleks dan beragam. Karya-karya yang secara kuat mengakar pada konteks dan acuan budaya dan kesejarahan ini membuat kesusasteraan Indonesia menarik dan memperkaya kesusasteraan dunia.
Pilihan atas 15 penulis ini tentu tidak lepas dari keterbatasan dari karya yang masuk dalam prosedur yang telah disepakati bersama. Cakupan pengarang muda dari seluruh pelosok Indonesia masih dirasakan kurang cakupan dan keterwakilannya. Untuk itu Dewan Kurator mengajukan saran-saran agar semakin banyak pengarang muda dapat terjaring dalam seleksi di masa mendatang.
Denpasar, 8 Mei 2009
Dewan Kurator
Tidak ada komentar:
Posting Komentar