Serambi Indonesia / Selasa 9 Februari 1993
Sebuah pernyataan bernada melankolis meluncur dari Walikotamadya Banda Aceh, Drs. H Baharoeddin Yahya, Senin (8/2). Baharoeddin mengaku bahwa seniman telah berperan aktif membantu selama 10 tahun era kepemimpinannya di Banda Aceh. “Para seniman telah banyak membantu tugas-tugas saya selama sepuluh tahun,” ujarnya, dalam acara perpisahan dengan sejumlah seniman Banda Aceh di Ujong Batee.
“Kalau staf saya yang lain membantu administrasi dan tugas-tugas rutin, para seniman membantu menyumbangkan inspirasi yang tak putus-putusnya, sehingga dalam menjalankan tugas terasa halus dan lembut. Dan Banda Aceh terasa bagai berseri-seri,’ ujar Walikota ditingkahi tepuk tangan hadirin.
“Hari ini saya mengucapkan terima kasih kepada para seniman dan mohon maaf apabila ada yang tidak “mesra” selama kita bergaul. Saya berharap kepada Walikota baru dan para seniman agar dapat bekerja lebih mesra lagi, sehingga Banda Aceh masa datang menjadi kota Seniman,” tambahnya.
Acara yang diakhiri dengan makan bersama itu, dihadiri oleh para seniman Aceh dan staf Kantor Walikota, DPRD dan sejumlah wartawan.
Sebelum makan bersama, juga diluncurkan antologi puisi “Banda Aceh” yang memuat sejumlah karya penyair Aceh.
Untuk menghangatkan suasana tampil penyair AR Nasution dan Nurdin F Joes membaca puisi, masing-masing satu sajak, kecuali Udin Pelor yang membaca tiga puisi karya Baharoeddin Yahya.
Penyunting antologi puisi “Banda Aceh” Doel CP Allisah menjelaskan, buku puisi tersebut dimaksudkan sebagai kenang-kenangan kepada Drs Baharoeddin Yahya yang akan mengakhiri masa tugasnya.
Buku itu sengaja diberi judul “Banda Aceh” karena puisi-puisi yang dimuat, semuanya bertemakan Banda Aceh,”jelasnya.
AR Nasution yang datang dari Sigli, mendapat penghormatan untuk menerima secara simbolis buku “Banda Aceh” dan sekaligus membaca sajaknya. Menurut penyair senior itu, Baharoeddin Yahya memang sangat banyak memberi perhatian kepada para seniman, baik yang modern, maupun yang tradisional. Hal itu disebabkan dalam jiwanya mengalir darah seni.
“Saya tahu persis, waktu dia masih mahasiswa juga banyak menulis puisi dan cerpen. Ia sebenarnya juga seorang penyair,”ujar Pak Nas.(mee)
Sebuah pernyataan bernada melankolis meluncur dari Walikotamadya Banda Aceh, Drs. H Baharoeddin Yahya, Senin (8/2). Baharoeddin mengaku bahwa seniman telah berperan aktif membantu selama 10 tahun era kepemimpinannya di Banda Aceh. “Para seniman telah banyak membantu tugas-tugas saya selama sepuluh tahun,” ujarnya, dalam acara perpisahan dengan sejumlah seniman Banda Aceh di Ujong Batee.
“Kalau staf saya yang lain membantu administrasi dan tugas-tugas rutin, para seniman membantu menyumbangkan inspirasi yang tak putus-putusnya, sehingga dalam menjalankan tugas terasa halus dan lembut. Dan Banda Aceh terasa bagai berseri-seri,’ ujar Walikota ditingkahi tepuk tangan hadirin.
“Hari ini saya mengucapkan terima kasih kepada para seniman dan mohon maaf apabila ada yang tidak “mesra” selama kita bergaul. Saya berharap kepada Walikota baru dan para seniman agar dapat bekerja lebih mesra lagi, sehingga Banda Aceh masa datang menjadi kota Seniman,” tambahnya.
Acara yang diakhiri dengan makan bersama itu, dihadiri oleh para seniman Aceh dan staf Kantor Walikota, DPRD dan sejumlah wartawan.
Sebelum makan bersama, juga diluncurkan antologi puisi “Banda Aceh” yang memuat sejumlah karya penyair Aceh.
Untuk menghangatkan suasana tampil penyair AR Nasution dan Nurdin F Joes membaca puisi, masing-masing satu sajak, kecuali Udin Pelor yang membaca tiga puisi karya Baharoeddin Yahya.
Penyunting antologi puisi “Banda Aceh” Doel CP Allisah menjelaskan, buku puisi tersebut dimaksudkan sebagai kenang-kenangan kepada Drs Baharoeddin Yahya yang akan mengakhiri masa tugasnya.
Buku itu sengaja diberi judul “Banda Aceh” karena puisi-puisi yang dimuat, semuanya bertemakan Banda Aceh,”jelasnya.
AR Nasution yang datang dari Sigli, mendapat penghormatan untuk menerima secara simbolis buku “Banda Aceh” dan sekaligus membaca sajaknya. Menurut penyair senior itu, Baharoeddin Yahya memang sangat banyak memberi perhatian kepada para seniman, baik yang modern, maupun yang tradisional. Hal itu disebabkan dalam jiwanya mengalir darah seni.
“Saya tahu persis, waktu dia masih mahasiswa juga banyak menulis puisi dan cerpen. Ia sebenarnya juga seorang penyair,”ujar Pak Nas.(mee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar