Nov 24, '07 1:35 PM
Republika - Pengamat sastra dari daerah lain belum banyak yang tahu bahwa di Aceh ada sosok sastrawan yang sikap kepenyairannya mirip Chairil Anwar. Dialah almarhum Hasyim KS (1940-2004), sastrawan senior yang sangat disegani
dan populer di Serambi Mekah. Sebagaimana Chairil Anwar, penyair ini juga suka 'meradang dan menerjang' serta mereguk hidup sampai ke ampas-ampasnya.
Buku In Memoriam Hasyim KS bertajuk Serdadu Tua Nguyen Polan ini mencoba mengangkat sosok sastrawan Aceh itu secara utuh, sejak perjalanan hidup, karya-karya, sampai pandangan kawan-kawannya tentang ketokohannya. Dimulai
dengan catatan yang mengharukan dari Doel CP Allisah, buku ini dilanjutkan dengan sembilan esei dari para tokoh Aceh dalam satu bab. Bab berikutnya berisi 13 cerpen karya Hasyim KS, lalu bab yang berisi 24 sajak sang penyair. Catatan Mustafa Ismail menutup buku ini sebagai epilog.
Hasyim KS lahir di Lhok Paoh, Tapaktuan, Aceh, pada 21 Juli 1940. Ia mulai menulis sejak berusia 15 tahun di Majalah Teruna dan Kunang-kunang. Ketika dewasa ia menjadi wartawan Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo. Sejak 1990 ia menjadi redaktur budaya Harian Serambi Indonesia. Sempat juga duduk di Komite Sastra Dewan Kesenian Aceh (DKA) dan mengikuti Pertemuan Sastrawan Nusantara (PSN) V di Malaysia.
Buku ini sebenarnya akan sangat sempurna jika disertai esei-esei Hasyim KS yang banyak melontarkan pemikiran segar dan berani. Meskipun begitu, buku ini tetap penting untuk membuka mata para pengamat sastra, bahwa di Aceh ada Hasyim KS, sastrawan yang sajak-sajak dan cerpennya layak diperhitungkan sebagai bagian penting dari pertumbuhan
Sastra Indonesia. (Monday, 07 May 2007) - - Doc Republika
Republika - Pengamat sastra dari daerah lain belum banyak yang tahu bahwa di Aceh ada sosok sastrawan yang sikap kepenyairannya mirip Chairil Anwar. Dialah almarhum Hasyim KS (1940-2004), sastrawan senior yang sangat disegani
dan populer di Serambi Mekah. Sebagaimana Chairil Anwar, penyair ini juga suka 'meradang dan menerjang' serta mereguk hidup sampai ke ampas-ampasnya.
Buku In Memoriam Hasyim KS bertajuk Serdadu Tua Nguyen Polan ini mencoba mengangkat sosok sastrawan Aceh itu secara utuh, sejak perjalanan hidup, karya-karya, sampai pandangan kawan-kawannya tentang ketokohannya. Dimulai
dengan catatan yang mengharukan dari Doel CP Allisah, buku ini dilanjutkan dengan sembilan esei dari para tokoh Aceh dalam satu bab. Bab berikutnya berisi 13 cerpen karya Hasyim KS, lalu bab yang berisi 24 sajak sang penyair. Catatan Mustafa Ismail menutup buku ini sebagai epilog.
Hasyim KS lahir di Lhok Paoh, Tapaktuan, Aceh, pada 21 Juli 1940. Ia mulai menulis sejak berusia 15 tahun di Majalah Teruna dan Kunang-kunang. Ketika dewasa ia menjadi wartawan Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo. Sejak 1990 ia menjadi redaktur budaya Harian Serambi Indonesia. Sempat juga duduk di Komite Sastra Dewan Kesenian Aceh (DKA) dan mengikuti Pertemuan Sastrawan Nusantara (PSN) V di Malaysia.
Buku ini sebenarnya akan sangat sempurna jika disertai esei-esei Hasyim KS yang banyak melontarkan pemikiran segar dan berani. Meskipun begitu, buku ini tetap penting untuk membuka mata para pengamat sastra, bahwa di Aceh ada Hasyim KS, sastrawan yang sajak-sajak dan cerpennya layak diperhitungkan sebagai bagian penting dari pertumbuhan
Sastra Indonesia. (Monday, 07 May 2007) - - Doc Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar