Oktober 16, 2009

NGOPI DAN MEMBINCANG SASTRA LOKAL DI SATELITE EVENT


Annida-Online—15 Oktober 2009 


Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) di Bali tahun ini memang sudah berakhir. Namun, masih ada rangkaian lanjutannya berupa Satelite Event di lima kota dalam rentang waktu 14 - 20 Oktober 2009. Antara lain di Aceh, Lampung, Yogyakarta, Jakarta, dan Makassar. Jumat (16/10) sore ini, giliran Sekolah Menulis Dokarim yang menggelar diskusi diskusi penulisan dan pemutaran film. Lokasinya di kedai kopi yakni Black & White Café, Setui-Banda Aceh. Akan hadir penulis Australia, peserta UWRF 2009 Antony Loewenstein dan Doel CP Allisah, sastrawan Aceh yang juga mengikuti UWRF kemarin. Sementara pesertanya, para penulis dan aktivis komunitas-komunitas satra/seni di Aceh sekaligus para blogger.

Media Assintant Sekolah Menulis Dokarim, Kiki mengatakan, karena masyarakat Aceh terkenal dengan kebiasaan minum kopinya maka acara ini sengaja digelar di kedai kopi. "Biasanya, sambil ngopi-ngopi ada pengasahan kemampuan budaya verbal lewat percakapan. Lewat kegiatan ini, kami berharap akan terasah pula kemampuan masyarakat dalam budaya menulis," ujar Kiki, usai sosialisasi ke redaksi koran lokal serta talkshow tentang pentingnya menyuarakan Palestina di sebuah stasiun radio Aceh, tadi malam.

Diskusi menulis dalam Satelite Event di Aceh kali ini, mengangkat tema "Dengan Menulis Kita Ada, tidak Menulis Kita Mengada-ada". Perbincangan akan dibagi menjadi dua sesi, yang pertama Anthony Loewenstein akan memaparkan alasan mengapa kita harus menulis.

"Sejarah manusia itu dimulai lewat tulisan. Tulisan menjadi bukti bahwa manusia ada, dan dengan menulis kita bisa eksis," tegas Kiki.

Anthony Loewenstein, lanjut Kiki, merupakan jurnalis lepas berbasis di Sydney sekaligus pengarang dan blogger. Dia telah menulis untuk banyak media top. Anthony telah memberi masukan dalam bentuk bab utama untuk salah satu buku terlaris di tahun 2004, Not Happy John!. Bukunya yang laris tentang konflik Israel/Palestina, My Israel Question, diterbitkan oleh Melbourne University Publishing tahun 2006. Edisi yang terakhir dan diperbarui diterbitkan pada tahun 2007 (dan dicetak ulang lagi pada tahun 2008).

Setelah Anthony, penyair Aceh Doel CP Allisah bakal menuturkan pengalamannya mengikuti UWRF 2009. Doel sendiri dikenal sebagai salah satu penyair penting di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang sajak-sajaknya.

Pada diskusi sesi kedua, sembilan orang penulis lokal Aceh bakal membahas tentang konsistensi dan originalitas karya sastra lokal.

Sebelum dihelat di Aceh, Kamis (15/10) acara serupa juga diadakan di Makassar. Bedanya, diskusi sastra lebih ditujukan kepada remaja/anak-anak muda. Penulis Australia, Omar Musa bersama penulis-penulis Makassar berkeliling ke empat tempat. Dari kampus Universitas Makassar, SMA Cendrawasih, Universitas Hassanudin dan berakhir di Benteng Fort Rotterdam tadi malam.

"Kami mencoba alternatif agar sastra yang selama ini dianggap berat bisa masuk ke anak-anak muda. Kami kenalkan bahwa baca puisi tak harus formal di panggung, puisi itu sederhana dan bisa dibaca di mana saja. Alhamdulillah sambutan pelajar dan mahasiswa bagus, mereka antusias sekali," ujar M. Aan Mansyur, salah seorang peserta UWRF yang bergiat di Komunitas Biblioholic, Makassar. [Esthi]


Tidak ada komentar:

Powered By Blogger