Sinar Harapan / Selasa, 04 Agustus 2009 13:40
Denpasar – Pemenang Nobel Sastra Wole Soyinka (Nobel Sastra 1986) Wole Soyinka, warga Afrika bersama 90 penulis dan pecinta sastra dari berbagai negara dipastikan akan mengikuti Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2009, yang berlangsung pada 7-11 Oktober mendatang di “ibu kota kebudayaan” Bali, Ubud, Gianyar.
Festival kali ini menampilkan tema Suka-Duka: Compassion and Solidarity.
Community Development Manager UWRF Kadek Purnami kepada pers, Senin (3/8), di Denpasar menjelaskan, Suka-Duka merupakan kebijakan komunal kuno yang selama berabad-abad telah menjadi salah satu sokoguru masyarakat serta lembaga tradisional Bali. Prinsip suka-duka telah membimbing anggota lembaga kemasyarakatan tradisional, seperti banjar dan desa pekraman, untuk berlaku sebagai satu entitas tunggal dalam menghadapi kesulitan hidup maupun merayakan karunia dunia. Penderitaan salah seorang anggota lembaga akan ditanggung oleh semua anggota lainnya dan kegembiraan salah satu anggota akan dirasakan pula oleh anggota-anggota lainnya.
Menurutnya, tema ini mencerminkan komitmen festival untuk menjadikan pertemuan kesusastraan ini sebagai momen yang mampu memberikan inpirasi, melalui mana para penulis dan pembaca dari berbagai belahan dunia dapat mencapai kesesuaian paham dan membangun landasan bersama untuk mengingatkan masyarakat dunia tentang perlunya berpikir dan bertindak sebagai sebuah entitas tunggal yang penuh welas-asih, terutama pada titik waktu saat ini yang dicederai oleh kekerasan dan kegelisahan.
“Tema ini juga sebuah bukti nyata dari niat teguh festival untuk memperkenalkan kebijakan-kebijakan kuno Bali ke panggung dunia. Festival-festival sebelumnya telah mengangkat ajaran-ajaran paling esensial Bali, seperti Tri Hita Karana dan Desa-Kala-Patra,” ucapnya
Denpasar – Pemenang Nobel Sastra Wole Soyinka (Nobel Sastra 1986) Wole Soyinka, warga Afrika bersama 90 penulis dan pecinta sastra dari berbagai negara dipastikan akan mengikuti Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2009, yang berlangsung pada 7-11 Oktober mendatang di “ibu kota kebudayaan” Bali, Ubud, Gianyar.
Festival kali ini menampilkan tema Suka-Duka: Compassion and Solidarity.
Community Development Manager UWRF Kadek Purnami kepada pers, Senin (3/8), di Denpasar menjelaskan, Suka-Duka merupakan kebijakan komunal kuno yang selama berabad-abad telah menjadi salah satu sokoguru masyarakat serta lembaga tradisional Bali. Prinsip suka-duka telah membimbing anggota lembaga kemasyarakatan tradisional, seperti banjar dan desa pekraman, untuk berlaku sebagai satu entitas tunggal dalam menghadapi kesulitan hidup maupun merayakan karunia dunia. Penderitaan salah seorang anggota lembaga akan ditanggung oleh semua anggota lainnya dan kegembiraan salah satu anggota akan dirasakan pula oleh anggota-anggota lainnya.
Menurutnya, tema ini mencerminkan komitmen festival untuk menjadikan pertemuan kesusastraan ini sebagai momen yang mampu memberikan inpirasi, melalui mana para penulis dan pembaca dari berbagai belahan dunia dapat mencapai kesesuaian paham dan membangun landasan bersama untuk mengingatkan masyarakat dunia tentang perlunya berpikir dan bertindak sebagai sebuah entitas tunggal yang penuh welas-asih, terutama pada titik waktu saat ini yang dicederai oleh kekerasan dan kegelisahan.
“Tema ini juga sebuah bukti nyata dari niat teguh festival untuk memperkenalkan kebijakan-kebijakan kuno Bali ke panggung dunia. Festival-festival sebelumnya telah mengangkat ajaran-ajaran paling esensial Bali, seperti Tri Hita Karana dan Desa-Kala-Patra,” ucapnya
.
Dari Indonesia akan tampil sejumlah sastrawan terkemuka, seperti NH Dini dan Seno Gumira Adjidarma. Selain itu juga 15 penulis muda Indonesia, yaitu Nurhady Sirimorok, Aan Mansyur (Makassar), Romi Zarman, Esha Tegar Putra (Padang), Inggit Putria Marga (Lampung), Anton Kurnia, Dian Hartati (Bandung), Ernest JK Wen, Yonathan Rahardjo (Jakarta), Tjahjono Widijanto (Jawa Timur), Ahmad Muchlis Imran (Yogyakarta), Doel CP Allisah (Aceh), Zeffry Alkatiri, Nelden Djakababa, dan Clara Ng(Jakarta).
(cinta malem ginting)
Dari Indonesia akan tampil sejumlah sastrawan terkemuka, seperti NH Dini dan Seno Gumira Adjidarma. Selain itu juga 15 penulis muda Indonesia, yaitu Nurhady Sirimorok, Aan Mansyur (Makassar), Romi Zarman, Esha Tegar Putra (Padang), Inggit Putria Marga (Lampung), Anton Kurnia, Dian Hartati (Bandung), Ernest JK Wen, Yonathan Rahardjo (Jakarta), Tjahjono Widijanto (Jawa Timur), Ahmad Muchlis Imran (Yogyakarta), Doel CP Allisah (Aceh), Zeffry Alkatiri, Nelden Djakababa, dan Clara Ng(Jakarta).
(cinta malem ginting)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar