Arigayo News / Berita / Daerah
By Tim Jum'at, 19-Januari-2007, 03:56:14
Dua tahun yang lalu, tepatnya Desember 2004 tragedi bencana alam gempa dan tsunami meluluhlantakkan Aceh dan sebagian Nias. Bila mengenang tragedi itu hati kita ikut tersayat., melihat mayat begelimpangan, rumah-rumah hancur dan setelah itu tangisan duka berkepanjangan membasahi bumi Serambi Mekkah itu.
Tangisan duka tsunami membahana hingga keujung dunia. Tak ayal tangisan itu juga terdengar dari seorang anak laki-laki kelahiran Gayo, Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937, Lisik Keti Ara ata yang dikenal dengan L.K Ara. Dia dijuluki sang penyair. Saat kejadian itu, L.K Ara berada di Pangkal Pinang, Bangka Belitung. Tapi dia mengaku hatinya ada di Banda Aceh.
Bingung, gundah gulana, tidak tahu harus berbuat apa untuk membantu saudara-saudara yang sedang tertimpa musibah di Aceh, itulah yang berkecamuk di hatinya.
TIDAK PUNYA UANG
By Tim Jum'at, 19-Januari-2007, 03:56:14
Dua tahun yang lalu, tepatnya Desember 2004 tragedi bencana alam gempa dan tsunami meluluhlantakkan Aceh dan sebagian Nias. Bila mengenang tragedi itu hati kita ikut tersayat., melihat mayat begelimpangan, rumah-rumah hancur dan setelah itu tangisan duka berkepanjangan membasahi bumi Serambi Mekkah itu.
Tangisan duka tsunami membahana hingga keujung dunia. Tak ayal tangisan itu juga terdengar dari seorang anak laki-laki kelahiran Gayo, Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937, Lisik Keti Ara ata yang dikenal dengan L.K Ara. Dia dijuluki sang penyair. Saat kejadian itu, L.K Ara berada di Pangkal Pinang, Bangka Belitung. Tapi dia mengaku hatinya ada di Banda Aceh.
Bingung, gundah gulana, tidak tahu harus berbuat apa untuk membantu saudara-saudara yang sedang tertimpa musibah di Aceh, itulah yang berkecamuk di hatinya.
TIDAK PUNYA UANG
“Saya tidak punya uang dan harta benda yang bisa disumbangkan. Saya hanya mampu membeli kain kafan sedikit, nantinya akan saya coba kirim bersama doa Alfatihah“, kata L.K Ara dengan mata berkaca-kaca.
Tapi mengirimnya pakai apa? Dia kembali bingung, transportasi udara, laut dan darat sepengetahuannya belum tembus sampai ke Aceh. Komunikasi juga terputus. Aceh seperti terhapus dari peta dunia. Menyaksikan keadaan itu bingungnya semakin menjadi-jadi.
L.K Ara yang pernah bekerja di Balai Pustaka (1963-1985) itu terus mencari tahu, barangkali ada informasi terbaru tentang Aceh, walau hanya sepintas. Kabar yang ditunggu-tunggu itu akhirnya diperoleh dari siaran televisi yang waktu itu sangat gencar memberitakan Aceh. Hatinya sedikit bregembira, kain kafan yang telah dibelinya didekapnya erta-erta. Dalam hatinya berkata, “Kain kafan ini pasti akan bisa sampai ke Aceh“.
Pendiri Teater Balai Pustaka (1967) bersama K.Usman, Rusman Setia Sumarga dan M.Taslim Ali itu menceritakan latar belakang diciptakannya beberapa puisi, syair tentang tsunami. Salah satunya puisi yang berjudul “Kain Kafan”.
BACAAN PELAJAR
Tapi mengirimnya pakai apa? Dia kembali bingung, transportasi udara, laut dan darat sepengetahuannya belum tembus sampai ke Aceh. Komunikasi juga terputus. Aceh seperti terhapus dari peta dunia. Menyaksikan keadaan itu bingungnya semakin menjadi-jadi.
L.K Ara yang pernah bekerja di Balai Pustaka (1963-1985) itu terus mencari tahu, barangkali ada informasi terbaru tentang Aceh, walau hanya sepintas. Kabar yang ditunggu-tunggu itu akhirnya diperoleh dari siaran televisi yang waktu itu sangat gencar memberitakan Aceh. Hatinya sedikit bregembira, kain kafan yang telah dibelinya didekapnya erta-erta. Dalam hatinya berkata, “Kain kafan ini pasti akan bisa sampai ke Aceh“.
Pendiri Teater Balai Pustaka (1967) bersama K.Usman, Rusman Setia Sumarga dan M.Taslim Ali itu menceritakan latar belakang diciptakannya beberapa puisi, syair tentang tsunami. Salah satunya puisi yang berjudul “Kain Kafan”.
BACAAN PELAJAR
Menurut L.K Ara, puisi-puisi tentang tsunami baik ciptaannya maupun beberapa puisi karya Taufik Ismail, Sujiman A.Musa, Doel CP Allisah, Fikar W, Eda, Din saja, Fauziah Nurdin, Witraatmaja, dan beberapa penyair Aceh lainnya yang jumlahnya lebih dari 100 penyair berhasil dirangkum dalam sebuah buku. Buku itu diberi judul “Syair Tsumani” untuk bacaan sastra bagi para pelajar setingkat SMP terbitan Balai Pustaka tahun 2006.
Mengapa sasarannya pelajar, karena pelajar adalah generasi muda yang harus tehu sejarah dan tanah leluhurnya. Selain itu, mengutip sambutan Penjabat Gubernur NAD, Mustafa Abubakar yang menyatakan, buku ini sangat membantu para siswa untuk mengatahui bagaimana penyair mengungkapkan fenomena tsunami dari berbagai sisi dalam sebuah kejadian yang sama.
Khusus bagi pelajar di bumi Hamzah Fansury dan Tgk.Syik Pante Kulu ini, pelajaran sastra tidak lagi menjadi bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia. Mengingat kesusasteraan juga merupakan salah satu disiplin ilmu yang harus dipahami oleh para siswa dengan porsi yang dipahami denan pelajaran lainnya, kata Mustafa Abubakar.
Mengenang 2 tahun tsunami, mengajak kita merenung kembali peristiwa itu. Apa yang salah pada diri kita, sehingga Tuhan memberikan peringatan. Atau karena ulah alam yang sudah tidak seimbang lagi akibat penebangan liar. Jangan setelah 2 tahun tsunami bcrlalu hati kita bukan semakin luluh malah tumbuh scrakah, kata mantan redaktur salah satu harian surat kabar di Medan itu.
TAK TAHU
Mengapa sasarannya pelajar, karena pelajar adalah generasi muda yang harus tehu sejarah dan tanah leluhurnya. Selain itu, mengutip sambutan Penjabat Gubernur NAD, Mustafa Abubakar yang menyatakan, buku ini sangat membantu para siswa untuk mengatahui bagaimana penyair mengungkapkan fenomena tsunami dari berbagai sisi dalam sebuah kejadian yang sama.
Khusus bagi pelajar di bumi Hamzah Fansury dan Tgk.Syik Pante Kulu ini, pelajaran sastra tidak lagi menjadi bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia. Mengingat kesusasteraan juga merupakan salah satu disiplin ilmu yang harus dipahami oleh para siswa dengan porsi yang dipahami denan pelajaran lainnya, kata Mustafa Abubakar.
Mengenang 2 tahun tsunami, mengajak kita merenung kembali peristiwa itu. Apa yang salah pada diri kita, sehingga Tuhan memberikan peringatan. Atau karena ulah alam yang sudah tidak seimbang lagi akibat penebangan liar. Jangan setelah 2 tahun tsunami bcrlalu hati kita bukan semakin luluh malah tumbuh scrakah, kata mantan redaktur salah satu harian surat kabar di Medan itu.
TAK TAHU
Sampai sekarang ujar L.K Ara dia tidak pernah tahu apakah kain kafan yang dikirimnya telah sampai dan dapat dipergunakan untuk membalut tubuh saudara-saudaranya yang telah meninggal di Aceh, mengingat saat itu singkatnya waktu dan sulitnya pengangkutan.
Namun penyair yang tak pernah ingat lagi jumlah puisi yang pernah ditulisnya ini merasa yakin Surat Alfatihah yang dikirimnya dalam bacaan shalat pasti bisa sampai pada saudara-saudaranya di Aceh.
Dikatakan, puisi “Kain Kafan“ dibacanya kembali mengenang 2 tahun tsunami di Gedung Gentala Takengon, bertepatan dengan tahun baru. Pementasan itu melibatkan sejumlah seniman Gayo lainnya.
Kegiatan itu bekerja sama dengan Kantor Lingkungan Hidup setempat dengan bertema “2 Tahun Tsunami, Cegah Bencana Lingkungan“. Dihadiri Pj.Bupati Aceh Tengah, unsur muspida serta sejumlah Kepala Dinas, Badan dan Kantor sebut L.K Ara.
Adapun jumlah buku yang akan diterbitkan yakni, Syair Tsunami dan Ekspedisi Puitis Aceh Menghadapi Musibah (Bantuan BRR), keduanya khusus untuk pelajar. Kemudian Tanoh Gayo Dalam Puisi dan Kemilau Bener Meriah untuk umum dicetak sebanyak 500 buku, imbuhnya.***
Arigayo : http://localhost/arigayo
Online version: http://localhost/arigayo/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=394
Namun penyair yang tak pernah ingat lagi jumlah puisi yang pernah ditulisnya ini merasa yakin Surat Alfatihah yang dikirimnya dalam bacaan shalat pasti bisa sampai pada saudara-saudaranya di Aceh.
Dikatakan, puisi “Kain Kafan“ dibacanya kembali mengenang 2 tahun tsunami di Gedung Gentala Takengon, bertepatan dengan tahun baru. Pementasan itu melibatkan sejumlah seniman Gayo lainnya.
Kegiatan itu bekerja sama dengan Kantor Lingkungan Hidup setempat dengan bertema “2 Tahun Tsunami, Cegah Bencana Lingkungan“. Dihadiri Pj.Bupati Aceh Tengah, unsur muspida serta sejumlah Kepala Dinas, Badan dan Kantor sebut L.K Ara.
Adapun jumlah buku yang akan diterbitkan yakni, Syair Tsunami dan Ekspedisi Puitis Aceh Menghadapi Musibah (Bantuan BRR), keduanya khusus untuk pelajar. Kemudian Tanoh Gayo Dalam Puisi dan Kemilau Bener Meriah untuk umum dicetak sebanyak 500 buku, imbuhnya.***
Arigayo : http://localhost/arigayo
Online version: http://localhost/arigayo/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=394
Tidak ada komentar:
Posting Komentar