Agustus 17, 2006

KEKELUAN DI WAJAH ACEH

BLOG ALFI RAHMAN
Wednesday, August 16, 2006


Posted in Resensi

Judul : Lagu Kelu

Editor : Doel CP Allisah - Nani HS

Penerbit : ASA B. Aceh-Japan-Aceh Net (Tokyo)

Cetakan I : 2005

Tebal : 280 halaman

Aceh kembali menjadi inspirasi 40 penyair. Diluncurkan 26 Desember 2005 di Jepang. Berisi catatan kesaksian langsung atas tragedi tsunami. Doel CP Allisah dan Nani HS, suami istri yang menjadi editor pada buku ini, berusaha mengumpulkan kepingan�kepingan puisi yang berserakan dari penyair Aceh. Seperti terungkap dalam sebuah puisi "Pelabuhan Kutaraja" karya Sulaiman Juned berikut ini: Ombak bergulung/ Membawa derita duka/ Suara peluit kapal/ Mendoakan hati.

Kemudian Arafat Nur dalam Tsunami (2): Seusai badai gelombang/ Di pantai itu aku menemui/ Seorang lelaki Tua/ Khaidir namanya/ Lantas kakek kurus itu bercerita/ Muatan perahu Nuh sudah penuh/ Ia hanya sebentar singgah di sini/ Membawa beberapa anak dan orang dewasa/ Berlabuh ke surga/ Sayang, jumlahnya sedikit saja.

Bernyanyi dengan Lagu Kelu, begitu kira-kira yang ingin disampaikan oleh buku ini. Bahwa kekeluan itu sebenarnya ada dilidah kita. Dalam catatan editor, maksud kelu dalam bulu ini adalah keinginan untuk mengumpulkan segala kenangan tentang Aceh. Dalam kenangan batin dan cataatan mereka. Doel menyebutkan bahwa keinginannya untuk mengenang kota Calang, Pelabuan dan kawasan Ulhe Lheu, Pantai Lhoknga, Kota Meulaboh, Sigli dan lainnya.

Buku ini juga mengenang mereka yang tewas dalam bencana tsunami dan mantan penyair Aceh yang sebelum tsunami sudah meninggal. Diantaranya Maskirbi, Nurdin Abdul Rachman, Ahmad Rivai Nasution, Hasyim Ks, M. Nurgani, T. Cut Soufyan, Siti Aisyah, dan Syarifuddin Aliza.

Perhatian Bapak Seiichi Okawa, mantan wartawan di Tokyo ini sangat besar. Memberikan donatur besar-besaran untuk mewujudkan impian bagi setiap orang untuk mampu berpartisipasai membuat sebuah buku. Ajang silahturahim bagi para penyair Aceh dalam bentuk antologi puisi.

Namun, karena buku ini ditulis dengan cara mengumpulkan karya-karya penyair dengan batas waktu yang telah ditentukan oleh pihak sponsor, sehingga ada beberapa puisi yang ditulis sebelum tsunami terjadi. Proses penulisannya pun terkesan terburu-buru sehingga ada beberapa penyair besar Aceh tidak sempat terekam dalam antologi. Walaupun dalam masalah waktu disadari editor sebagai keterbatasan dalam buku ini.

Selain itu buku ini terkesan sebagai kumpulan biodata para penyair. Sementara karya�karya mereka di sini sedikit sekali dibandingkan biodata yang mereka buat. Illustrasi dalam buku dapat dikatakan masih kurang untuk menampilkan gambaran Aceh sesungguhnya.

Kekurangan dari segi material juga terasa. Harganya cukup mahal, tidak semua orang dapat menjangkau. Tetapi buku ini layak dijadikan alternatif bacaan sastra bagi kalangan para murid terutama di sekolah-sekolah, untuk lebih dekat dengan dunia sastra. Apalagi rencana menerbitkannya dalam 3 bahasa, yaitu Indonesia, Jepang, dan Inggris, merupakan prestasi tersendiri bahwa penyair-penyair Aceh memang layak berkiprah sampai ajang internasional.
Catatan : Bukan Promosi, di dalam Buku ini tercatat pula 3 buah puisi Istriku Cut Januarita..... Ayo dapatkan bukunya.(Alfi Rahman)


:: Send to a Friend!

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger