Mei 17, 2005

LAGI, ANTOLOGI SAJAK DUKA ATAS BENCANA TSUNAMI

Sinar Harapan [16 Mei 2005]

tsunami datang/orang-orang datang/tsunami pergi/orang-orang pergi/tinggallah sepi berteman sunyi…

Penggalan lirik sajak karya seorang penyair Aceh, din saja, seakan mengingatkan kita tentang perhatian yang senantiasa harus intens dilakukan buat sesama. Seperti terhadap kenangan tsunami di Aceh, Nias dan bagian belahan lain Nusantara.

Terhadap tsunami, din saja, dalam puisinya itu memang mengawalinya : sudahlah, tsunami ini bukan bencana,/ hanya peringatan bagi kita semua,/ yang tak perduli dengan nasib orang-orang miskin.
din saja adalah penyair yang sebelum dan sesudah bencana tsunami tinggal dan menetap di kota Serambi Mekah. Sajak penyair bernama asli Fachruddin Basyar kelahiran Banda Aceh, 31 Januari 1959 itu bukan sajak baru. Puisi ini lahir pada awal tahun 2005.
Antologi ini, sekalipun tak lagi dekat dengan momen peristiwa, justru dapat dimaknai juga untuk senantiasa mencari hikmah atas kejadian bencana Tsunami yang menimpa sebagian Indonesia dan dunia. Antologi yang diberi tajuk ”Duka Aceh Luka Kita – Kumpulan Penyair Indonesia Mengenang Tragedi Aceh dan Bencana Tsunami” diluncurkan di Pusat Dokumentasi HB Yassin, Kamis lalu (12/5).
Buku yang sampul depannya berwarna hijau dan sampul belakang disertakan lukisan Cak Kandar dan ilustrasi dalam Aisul Yanto ini, berisi juga foto-foto tentang seputar tragedi yang terjadi pada masa lalu namun harus tetap direnungkan.

Renungan dan Doa

Dengan pengantar beberapa tokoh masyarakat dan tokoh Provinsi Aceh Nanggroe Darussalam, Salahuddin Wahid, ikut memberikan kata pengantar buat antologi ini dan prakata dari Lazuardi Adi Sage. Adapun para penyair yang dilibatkan karyanya antara lain Doel CP Allisah, Kardy Syaid, Wiratmadinata, Sutan Iwan Soekri Munaf, Soeparwan G. Parikesit, Teguh Esha, David Krisna Alka, Dinullah Rayes, Sys NS, Fahrizal Sikumbang dan banyak penyair lainnya.
”Sesungguhnya negeri kita telah diberi pelajaran di bagian timur dan barat Indonesia, tinggal bagian tengah yang belum …. Pelajaran apalagikah yang akan Dia berikan kepada kita jika itu benar-benar terjadi,” ujar Lazuardi Adi Sage, penyair sekaligus Ketua Umum KSSI (Koperasi Sejahtera Seniman Indonesia).(srs)

Copyright © Sinar Harapan 2003

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger