To: aliansisastrawan_aceh@yahoo.com
Subject: Di email dari Harian Global
Date: Sat, 15 Dec 2007 00:35:21 +0700
From: "Redaksi Web" <info@harian-global.com> Add to Address Book Add Mobile Alert
Anda dikirimi berita dari situs Harian Global (http://www.harian-global.com/)
Dari pertemuan sastrawan se-Indonesia yang digelar dalam "Ode Kampung" di Serang Provinsi Banten pada 20-22 Juli 2007, akhirnya para pegiat sastra sepakat menolak eksploitasi seksual dalam sastra. Hal ini merupakan standar estetika dalam menghasilkan karya sastra.
Demikian dikatakan sastrawan Aceh yang turut hadir dalam Pertemuan "Ode Kampung" Sastrawan Indonesia, Doel CP Allisah kepada Global, Selasa (24/7).
Dijelaskannya, seluruh sastrawan yang berkumpul selama dua hari itu juga menyetujui penolakan
arogansi dan dominasi sebuah komunitas terhadap komunitas lainnya.
"Kita juga menolak bantuan asing yang memperalat keindonesiaan dan kebudayaan kita," sebutnya.
Lebih jauh Doel CP juga menyebutkan, sejauh ini telah terjadi dominasi komunitas sastra di Indonesia. Dominasi itu bahkan tampil dalam bentuk yang paling arogan, yaitu merasa berhak merumuskan dan memetakan perkembangan sastra menurut standar estetika dan ideologi yang dianutnya. Realita ini jelas meresahkan komunitas-komunitas sastra yang ada di Indonesia.
Pasalnya, dominasi tersebut kontraproduktif dan destruktif bagi perkembangan sastra Indonesia yang sehat, setara dan bermartabat.
"Bagi kami, sastra adalah ekspresi seni yang merefleksikan keindonesiaan kebudayaan kita, di mana moralitas merupakan salah satu pilar utama. Terkait dengan itu, sudah tentu sastrawan memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (pembaca)," ungkap Doel mengutip rekomendasi bersama para sastrawan dalam acara "Ode Kampung" tersebut.
Bukan hanya membahas masalah sastra, para sastrawan juga menentang sikap ketidakpedulian pemerintah terhadap sejumlah musibah yang disebabkan, baik perusahaan, individu maupun pemerintah sendiri.
"Kami juga mengecam keras sastrawan yang nyata-nyata tidak mempedulikan musibah-musibah tersebut. Bahkan berafiliasi dengan pengusaha yang mengakibatkan musibah itu terjadi," ujar Doel.
Masriadi ZA-Sayuti Ahmad >> global | Aceh Utara
http://www.harian-global.com/news.php?extend.21769
Harian Global
Subject: Di email dari Harian Global
Date: Sat, 15 Dec 2007 00:35:21 +0700
From: "Redaksi Web" <info@harian-global.com> Add to Address Book Add Mobile Alert
Anda dikirimi berita dari situs Harian Global (http://www.harian-global.com/)
Dari pertemuan sastrawan se-Indonesia yang digelar dalam "Ode Kampung" di Serang Provinsi Banten pada 20-22 Juli 2007, akhirnya para pegiat sastra sepakat menolak eksploitasi seksual dalam sastra. Hal ini merupakan standar estetika dalam menghasilkan karya sastra.
Demikian dikatakan sastrawan Aceh yang turut hadir dalam Pertemuan "Ode Kampung" Sastrawan Indonesia, Doel CP Allisah kepada Global, Selasa (24/7).
Dijelaskannya, seluruh sastrawan yang berkumpul selama dua hari itu juga menyetujui penolakan
arogansi dan dominasi sebuah komunitas terhadap komunitas lainnya.
"Kita juga menolak bantuan asing yang memperalat keindonesiaan dan kebudayaan kita," sebutnya.
Lebih jauh Doel CP juga menyebutkan, sejauh ini telah terjadi dominasi komunitas sastra di Indonesia. Dominasi itu bahkan tampil dalam bentuk yang paling arogan, yaitu merasa berhak merumuskan dan memetakan perkembangan sastra menurut standar estetika dan ideologi yang dianutnya. Realita ini jelas meresahkan komunitas-komunitas sastra yang ada di Indonesia.
Pasalnya, dominasi tersebut kontraproduktif dan destruktif bagi perkembangan sastra Indonesia yang sehat, setara dan bermartabat.
"Bagi kami, sastra adalah ekspresi seni yang merefleksikan keindonesiaan kebudayaan kita, di mana moralitas merupakan salah satu pilar utama. Terkait dengan itu, sudah tentu sastrawan memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (pembaca)," ungkap Doel mengutip rekomendasi bersama para sastrawan dalam acara "Ode Kampung" tersebut.
Bukan hanya membahas masalah sastra, para sastrawan juga menentang sikap ketidakpedulian pemerintah terhadap sejumlah musibah yang disebabkan, baik perusahaan, individu maupun pemerintah sendiri.
"Kami juga mengecam keras sastrawan yang nyata-nyata tidak mempedulikan musibah-musibah tersebut. Bahkan berafiliasi dengan pengusaha yang mengakibatkan musibah itu terjadi," ujar Doel.
Masriadi ZA-Sayuti Ahmad >> global | Aceh Utara
http://www.harian-global.com/news.php?extend.21769
Harian Global
Tidak ada komentar:
Posting Komentar